Sebuah
riset terbaru menunjukkan, makan terlalu banyak ternyata juga dapat
meningkatkan risiko penurunan kemampuan otak, terutama pada orang
tua. Para ahli mengatakan, orang-orang berusia 70 tahun atau lebih tua
yang mengasup antara 2.100 dan 6.000 kalori setiap hari berisiko dua
kali lipat mengalami penurunan fungsi memori, yang bisa menjadi tanda
awal penyakit kepikunan atau Alzheimer.
"Konsumsi kalori yang berlebihan
setiap hari tidak baik untuk kesehatan otak," kata pemimpin peneliti Dr
Yonas Geda, yang juga profesor neurologi dan psikiatri di Mayo Clinic,
Scottsdale, Arizona Amerika Serikat.
"Ini
mungkin terdengar seperti klise, tapi kita perlu memperhatikan konsumsi
kalori sehari-hari. Intinya adalah makan secukupnya, tidak dalam jumlah
berlebih, demi kesehatan otak Anda," tambahnya.
Dalam risetnya, peneliti
menganalisa data lebih dari 1.200 responden berusia 70-89 tahun yang
tinggal di Olmsted County, Minnesota. Di antara orang berusia lanjut
ini, 163 di antaranya telah didiagnosa mengalami penurunan memori yang
dikenal sebagai "kerusakan kognitif ringan."
Responden melaporkan kepada
peneliti seberapa banyak mereka makan. Sepertiga dari total responden
mengaku makan antara 600 - 1.525 kalori sehari, sepertiga yang lainnya
antara 1.526 - 2.142 kalori per hari, dan sepertiga peserta lainnya
2.143 - 6.000 kalori dalam sehari.
Hasil analisa mengindikasikan
bahwa di antara responden yang makan paling banyak, risiko didiagnosa
mengalami gangguan memori tercatat lebih tinggi yakni dua kali lipat
lebih besar ketimbang mereka yang makan sedikit. Sementara itu, pada
peserta yang porsi makannya sedang, peneliti tidak menemukan adanya
risiko untuk masalah memori. Hasil kajian ini tetap sama setelah
peneliti memperhitungkan beberapa faktor seperti riwayat stroke,
diabetes, pendidikan serta faktor risiko lain terkait penurunan memori.
"Kami juga memperhitungkan BMI
(body mass index) dan obesitas. BMI adalah pengukuran berdasarkan tinggi
dan berat badan. Tapi tidak ada perbedaan yang signifikan antara
peserta normal dan gangguan kognitif ringan," kata peneliti.
Peneliti mengungkapkan, meski
belum diketahui secara pasti mengapa makan berlebih dapat memengaruhi
otak, namun peneliti menduga "asupan kalori yang berlebihan dapat
menyebabkan kerusakan oksidatif, yang menyebabkan perubahan struktural
dalam otak," jelas Geda.
Mengomentari riset tersebut, Dr
Neelum Aggarwal, seorang profesor ilmu saraf di Rush University,
Chicago, mengatakan bahwa temuan ini memungkinkan dokter untuk melakukan
diskusi kepada pasien tentang hubungan antara praktek hidup
sehat--seperti mengasup makanan bergizi dan membatasi gula--dengan
fungsi otak secara keseluruhan.
"Diperlukan penelitian lebih
lanjut untuk mendiskusikan hal apa saja yang dapat berkontribusi
terhadap penurunan fungsi kognitif dan menawarkan strategi untuk
pencegahan penyakit melalui nutrisi dan pembatasan kalori," kata
Aggarwal.
Pakar lain yakni David
Loewenstein, profesor psikiatri dan tingkah laku di University of Miami
Miller School of Medicine, mengatakan, temuan ini menambah bukti bahwa
tingginya asupan kalori berkaitan dengan obesitas dan sindrom metabolik,
sehingga tidak mengherankan meningkatnya asupan kalori berhubungan
dengan gangguan kognitif.
Sindrom metabolik adalah
sekelompok faktor risiko terkait dengan penyakit jantung dan masalah
kesehatan lainnya. "Studi ini menunjukkan bahwa apa pun yang baik bagi
jantung - seperti mengurangi asupan kalori - adalah baik pula untuk
otak," jelas Loewenstein.
No comments:
Post a Comment